Ya, nanti Dendy tunggu dirumah! trrrk, ku tutup
gagang telpon dirumah itu. Sabtu dibulan November, setahun
lalu.Sudah dua hari ini aku bermalam di rumah Mama Wiwiek, mertuaku,
tak jauh dari Plaza Jembatan Merah, Surabaya. Aku dan isteriku,
Rima, sebenarnya tinggal di Malang berdekatan dengan rumah orang
tuaku. Sudah dua hari iniaku membereskan isi rumah.
Dua bulan sebelumnya, Ibu Mertuaku sudah menempati rumah barunya
di Jakarta. Kedatangannya ke Surabaya untuk untuk mengatur
pemgiriman barang-barang yang masih ada dirumah ini. Kurang lebih
dua bulan ini rumah ini kosong. Kunci hanya dititipkan saja ke
tetangga sebelah. Ibu Mertuaku datang sendiri karena papa Toni,
suaminya sudah 6 bulan dinas di malaysia.
Usia Ibu Mertuaku Wiwiek 46 tahun genap di tahun 2002 ini.
Parasnya cantik,secantik isteriku. Kulitnya lebih putih ketimbang
isteriku. Rima, isteriku,lebih mirip dengan Papa Toni yang kulitnya
sawo matang. Walau sudah separuhbaya, penampilan Ibu Mertuaku Wiwiek
tak kalah dengan gadis belia, pun jikadibandingkan dengan anak-anak
baru gede (ABG). Nafkah yang cukup darisuaminya digunakannya dengan
leluasa untuk merawat diri. Dia rutinpergi ke salon, senam aerobic
dan pernak-pernik urusan kecantikan.
Kira-kira jam 11.30 Diatiba dirumah, diantar taxi daribandara.
Seperti biasa, pertama kali kucium tangannya, tanda hormatku.Singkat
cerita, setelah makan siang, satu hari itu kita
mengepakbarang-barang yang akan di kirim ke Jakarta, dibantu oleh
Tante Rina,tetangga sebelah dan dua orang anak gadisnya. Setelah
ketiganya pamit.Tinggalah aku dan Dia .Den, tolong ditelpon lagi ya
yang mau ngangkat barang-barang iniujar Dia menyuruhku menelpon
perusahaan jasa pindahan.
Karena kelelahan seharian membereskan barang-barang, Diamengambil
bantal lalu tidur-tiduran dengan hanya beralaskan tikar, karena
semuaisi rumah sudah dirapihkan. Karena kegerahan, Dia mengganti
kaos dancelana jeansnya dengan daster tidurnya. Aku hanya menunduk
dan mencuri-curipandang saat Diamengganti pakaiannya dihadapanku.
Aku pundengan serta merta melihat tubuhnya. Tubuh yang
terawat.Selesai mengenakan daster. Ia kembali membaringkan tubuhnya
ditikarsambil memejamkan mata.
Aku duduk di tikar yang sama sambil membaca koran. Mataku
sebenarnyatak tertuju pada berita koran. Saat itu terlihat
dihadapanku, sesosokperempuan cantik dengan tubuh yang bahenol.
Belahan dadanya terlihat jelas.Puting payudaranya menyembul.Agaknya
tidurnya tidak nyenyak. Ia kerap memutar balikkan tubuhnyake kanan
dan ke kiri. Dasternya pun tersingkap. Terlihat jelas oleh kupaha
mulusnya.Aku sama tak kuasa menahan gejolak birahi. Aku sepenuhnya
sadar bahwawanita ini adalah Ibu Mertuaku. Sebagai laki-laki normal,
birahikumendidih. Mataku terus mengikuti gerak tubuhnya . Sambil
sesekalikututupi dengan koran, takut jika kelakuanku tertangkap
basah olehnya.
Kuperhatikan terus tubuh molek dan bahenol itu. Kemaluankusudah
mengeras. Karena tak tahan, kuletakkan koran yang memang tidak
kubaca. Segeraaku ke kamar mandi. Niatku, hanya satu. Onani! Sungguh
tak tahan lagi akumenahan gejolak nafsu.Baru sekitar empat menit aku
mainkan penisku. Aku terkejut!!! Kreepp,pintu kamar mandi terbuka.
Ibu Mertuaku ! Pintu kamar mandi tak kukunci. Sambil memegang
penisku aku menundukkan badan karena malu.Den, sedang apa kamu? ujar
Dia sambil tersenyum.Mmm, ini Mah, nggak, anu jawabku, kehabisan
kata.Ya ampun Den, baru 2 hari nggak kumpul sama Rima, sudah
segitunyatimpal Dia sambil terus memandangi penisku.Suasana hening.
Aku terdiam. Secepatnya ku kenakan celana pendekku.Mama mau pakai
toilet? Tanyaku memecah kebisuan.Iya, mama mau buang air kecil
jawabnya dengan tetap tersenyum.Aku keluar kamar mandi.
Tak lama dia keluar juga. Tapi kali ini, ku lihat dia sudah tak
mengenakan BH.Jelas terlihat, karena daster yang dipakainya
bisadibilang, sangat tipis, menembus ke kulit payudaranya.Yang aku
tahu, wanita biasa melepaskan BH nya jika hendak tidur,karena merasa
sesak dan tak nyaman. Rima, isteri ku, sangat sering melepaskanBH
jika hendak tidur malam.
Dia kembali merebahkan tubuhnya di atas tikar. Kali
ini,sepertinya dia sengaja menyibakkan dasternya dengan sedikit
menaikkan lututnya.Tangannya diletakkan diatas payudaranya. Bagiku
pada saat itu, itumerupakan isyarat seorang wanita setengah umur
yang rindu belaiantangan laki-laki. Dipikiranku, Diasedang
menggodaku!
Karena gelap mata. Karena onani tak tuntas. Karena penis ku tak
bisadiajak berunding. Kulepas celanaku. Tanganku dengan cepat
menelanjangicelana dalam Mertua ku. Secepat cahaya kukangkangkan
pehanya.Kutindih.Kutancapkan penisku kelubang vaginanya. Aku
benar-benar sudah matagelap ingin melampiaskan birahiku.Diaterkejut
bukan kepalang. Tak sampai satu 30 detik, diasudah merasakan penisku
menghujam vaginanya.Dendy, apa ini? ucap Diadengan nada pelan, namun
denganmata yang membelalak.Aku tak menjawab, penisku terus ku tekan
hingga benar-benar masuk,pol, ke rongga vaginanya.Mmmaaa sich,
tidurnya sembarangan ucapku sambil menaikturunkan pinggangku
Tamat
0 komentar:
Posting Komentar