Ini pengalamanku 4 Tahun lalu.
Malam telah larut dan jam telah menunjukan pukul 9 malam. Sedari
siang tadi kakakku bersama suaminya menghadiri pertemuan sebuah
Network Marketing dan diteruskan dengan pertemuan khusus para
leaders.
Untuk menghilangkan suntuk, aku connect ke internet dan berbagai
macam situs aku buka, seperti biasa pasti terdapat banyak situs
porno yang asal nyrobot. Biasanya aku langsung close karena aku
enggak enak dengan kakakku, tetapi malam ini mereka tidak ada
dirumah, hanya bersama dengan seorang baby siters keponakanku,
namanya Imah baru berumur 18 Tahun dan berasal dari Wonosobo. Memang
agak kolotan dan dusun sekali, tetapi kalau aku perhatikan lagi Imah
memiliki body yang lumayan bagus dengan wajah yang tidak terlalu
jelek.
Kami biasa mengobrolkan acara tivi atau terkadang Im-im
(panggilan Imah sehari-hari) aku ajari internet meskipun hasilnya
sangat buruk. Entah kenapa malam ini keinginanku untuk melihat situs
porno sangat besar dan libidoku naik saat aku lihat foto-foto
telanjang di internet, tanpa aku sadari Im-im keluar dari kamar dan
berjalan ke arahku entah sudah berapa lama dia berdiri disampingku
ikut memperhatikan foto-foto telanjang yang ada di monitor komputer.
"Apa enggak malu ya..?" tanya Im-im yang membuatku kaget dan
segera aku ganti situsnya dengan yang "normal". Dengan berusaha
tenang, aku minta Imah mengulangi pertanyaannya.
"Itu lho tadi, gambar cewek telanjang yang Mas buat, emangnya
nggak malu kalau dilihat orang?"
Memang Imah sangat lugu dan ndusun kalau soal beginian. Dengan
santai aku jawab sembari menyuruhnya duduk disebelahku.
"Begini Im, ini foto bukan aku yang buat, orang yang buat ini
(sambil aku perlihatkan lagi situs yang memuat foto telanjang tadi),
merekakan model yang dibayar jadi ngapain malu kalau dapat duit."
Kemudian Im-im melihat lebih seksama satu per satu foto telanjang
itu dengan posisi badan agak membungkuk sehingga terlihat jelas
bulatan kenyal panyudaranya, sudah sejak lama aku menikmati
pemandangan ini dan aku sangat terobsesi untuk tidur dengan Im-im.
Aku tersentak kaget saat Imah bertanya soal foto dimana seorang
cowok sedang menjilati vagina cewek.
"Apa nggak geli ceweknya dijilati kayak gitu terus lagian
mau-maunya cowok itu jilatin punya ceweknya padahalkan tempat
pipis?".
Dengan otak yang sudah kotor aku mulai berfikir bagaimana aku
memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.
"Gini Im, vaginanya cewek kalau dijilatin oleh cowok malah enak,
memang awalnya geli tapi lama-lama ketagihan ceweknya. Kamu belum
pernah coba kan?" tanyaku pada Im-im sambil tanganku membuka
foto-foto yang lebih hot lagi.
"Belum pernah sama sekali, tapi kalau ciuman bibir dan susuku diremes sudah pernah, aku takut kalau nanti hamil". (memang Im-im sangat terbuka tentang pacarnya yang di Bogor dan pernah suatu hari cerita kalau pacarnya ngajak tidur di hotel tapi Im-im nggak mau).
"Kalau Cuma kayak gitu nggak bakal bikin hamil, gemana kalau kamu coba, nanti kalau kamu hamil aku mau tanggungjawab dan nggak perlu bingung soal uang, terus kalau ternyata kamu nggak hamil, kamu nanti aku ajari gaya-gaya yang ada difoto ini. Gimana?"
"Belum pernah sama sekali, tapi kalau ciuman bibir dan susuku diremes sudah pernah, aku takut kalau nanti hamil". (memang Im-im sangat terbuka tentang pacarnya yang di Bogor dan pernah suatu hari cerita kalau pacarnya ngajak tidur di hotel tapi Im-im nggak mau).
"Kalau Cuma kayak gitu nggak bakal bikin hamil, gemana kalau kamu coba, nanti kalau kamu hamil aku mau tanggungjawab dan nggak perlu bingung soal uang, terus kalau ternyata kamu nggak hamil, kamu nanti aku ajari gaya-gaya yang ada difoto ini. Gimana?"
Dan Im-im cuma diam sambil lihatin wajahku, sebenarnya aku tahu
dia naksir aku sudah lama tapi karena posisi dia hanya babysiters
yang membuatnya nggak PD.
"Benar ya.., janji lho?" pintanya dengan sedikit ragu.
Dan dengan wajah penuh semangat aku bersumpah untuk menepati
janjiku, meskipun aku enggak ada niat untuk menepati janjiku. Aku
putuskan sambungan internet dan mulai "melatih" Im-im dengan diawali
teknik berciuman yang sudah pernah dia rasakan dengan pacarnya,
sentuhan halus bibirnya yang lembut membuatku membalas dengan ganas
hingga tanpa terasa tanganku telah meremas payudara Imah yang memang
masih kencang. Desahan halus mulai muncul saat bibirku menelusuri
lehernya yang agak berbulu seolah Im-im menikmati semua pelatihan
yang aku berikan.
Aku merasa cumbuan ini kurang nyaman, aku dan Imah pindah ke
dalam kamar Im-im, perlahan aku rebahkan tubuhnya dan bibirku
bergantian menjelajah bibir dan lehernya sedangkan tanganku berusaha
membuka kaos dan BH-nya dan kini separoh tubuh Imah telah bugil
membuat libidoku tidak karuan. Tanpa ada keluhan apapun Imah terus
mendesah nikmat dan tangannya membimbing tangan kiriku meremas
teteknya yang bulat sedangkan payudara kanannya aku lumat dengan
bibirku hingga terdengar jeritan kecil Im-im. Entah berapa lama aku
mencumbu bagian atas tubuhnya dan sebenarnya keinginanku untuk
bercinta sudah sangat besar tetapi aku tahu ini bukan saat yang
tepat.
Perlahan aku turunkan celana pendek dan celana dalamnya bersama
hingga Imah sepenuhnya bugil dan ini yang membuat dia malu. Untuk
membuat Imah tidak merasa canggung aku mencumbunya lebih ganas lagi
sehingga kini Imah mendesah lebih keras lagi dan tangan kanannya
meremas kaosku untuk menyalurkan gairahnya yang mulai memuncak.
Bibirku kini mulai menjalar kebawah menuju vaginanya yang tertutup
kumpulan bulu hitam, perlahan aku angkat kedua pahanya hingga posisi
selakangannya terlihat jelas. Samar-samar terlihat lipatan berwarna
merah di vaginanya dan aku tahu baru aku yang melihat surga dunia
milik Im-im.
Kini bibirku mulai menjilati vaginanya yang mulai banjir dengan
halus agar Im-im tidak merasa geli dan ternyata rencanaku berjalan
lancar, desahan yang tadi menghiasi cumbuanku dengan Imah kini mulai
diselingi lenguhan dan jeritan kecil yang menandakan kenikmatan luar
biasa yang sedang dirasakan babysiters keponakanku. Semakin lama
semakin banyak lendir yang keluar dari kemaluannya yang membuatku
lebih bergairah lagi, tiba-tiba seluruh tubuh Imah kejang dan suara
lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua tangannya meremas kuat
kasurnya. Dengan diiringi lenguhan panjang Imah mencapai klimak,
tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat sepasang teteknya
mengeras sehingga membuatku ingin meremasnya dengan kuat. Setelah
kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya yang habis terkuras
membuat tubuhnya yang bugil menjadi lunglai, dengan kepasrahannya
aku menjadi sangat ingin segera menembus vaginanya dengan penisku
yang sedari tadi sudah tegang.
"Imah merasa sangat aneh, bingung aku jelasin rasanya" katanya
dengan perlahan.
"Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut kalau terjadi apa-apa," sambil memelukku erat. Sambil kukecup keningnya, aku jawab kekhawatiranya.
"Ini yang disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan sebagian. Imah nggak perlu takut atau khawatir soal ini, kan aku mau tanggungjawab kalau kamu hamil," sambil kubalas pelukannya.
"Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut kalau terjadi apa-apa," sambil memelukku erat. Sambil kukecup keningnya, aku jawab kekhawatiranya.
"Ini yang disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan sebagian. Imah nggak perlu takut atau khawatir soal ini, kan aku mau tanggungjawab kalau kamu hamil," sambil kubalas pelukannya.
Sekilas aku lupa libidoku dan berganti dengan perasaan ingin
melindungi seorang cewek, kemudian tanpa disengaja tangan Im-im
menyentuh penisku sehingga membuat penisku kembali menegang. Wajah
Imah tersipu malu saat aku lihat wajahnya yang memerah, kucium
bibirnya dan tanpa menunggu komandoku Im-im membalasnya dengan lebih
panas lagi dan kini Imah terlihat lebih PD dalam mengimbangi
cumbuanku. Teteknya aku remas dengan keras sehingga Im-im mengerang
kecil. Kini bajuku dibuka oleh sepasang tangan yang sedari tadi
hanya mampu meremas keras kasur yang kini sudah acak-acakan spreinya
dan aku imbangi dengan melepas celana pendekku dan segera terlihat
penis yang sudah tegang karena aku terbiasa tidak memakai CD saat
dirumah. Melihat pemandangan itu, Imah malu dan menjadi sangat kikuk
saat tangannya aku bimbing memegang penisku dan setelah terbiasa
dengan pemandangan ini aku membuat gaya 69 dengan Imah berada diatas
yang membuatnya lebih leluasa menelusuri penisku.
Setelah beberapa lama aku bujuk untuk mengulumnya, akhirnya Im-im
mau melakukan dan menjadi sangat menikmati, sedangkan aku terus
menghujani vaginanya dengan jilatan lidahku yang memburunya dengan
ganas. Karena tidak kuat menahan rasa nikmat yang menyerang seluruh
tubuhnya, Im-im tak mampu meneruskan kulumannya dan lebih memilih
menikmati jilatan lidahku di vaginanya dan aku tahu Imah
menginginkan kenikmatan yang lebih lagi sehingga tubuh bugilnya aku
rebahkan sedangkan kini tubuhku menindihnya sembari aku teruskan
bibirku menjelajahi bibirnya yang memerah.
Perlahan tanganku menuntun tangan kanan Im-im untuk memegang
penisku hingga berada tepat di depan mulut vaginanya, aku
gosok-gosok penisku di lipatan vaginanya dan mengakibatkan sensasi
yang menyenangkan, erat sekali tangannya memelukku sambil telus
mengerang nikmat tanpa memperdulikan lagi suaranya yang mulai parau.
Vaginanya semakin basah dan perlahan penisku yang tidak terlalu
besar mendesak masuk ke dalam vaginanya dan usahaku tidak begitu
berhasil karena hanya bisa memasukkan kepala penisku. Perlahan aku
mencoba lagi dan dengan inisiatif Im-im yang mengangkat kedua
kakinya hingga selakangannya lebih terbuka lebar yang membuatku
lebih leluasa menerobos masuk vaginanya dan ternyata usahaku tidak
sia-sia. Dengan sedikit menjerit Imah mengeluh,
"Aduh.., sakit. Pelan-pelan dong" dengan terbata-bata dan lemah
kata-kata yang keluar dari mulutnya. Saat seluruh penisku telah
masuk semua, aku diam sejenak untuk merasakan hangatnya lubang
vaginanya.
Perlahan aku gerakkan penisku keluar-masuk liang vaginanya hingga
menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin kencang aku gerakkan
penisku hingga memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yang
aku dan Imah keluarkan untuk mengekspresikan kenikmatan yang kami
alami sudah tidak terkendali lagi, hampir 15 menit aku menggenjot
vaginanya yang baru pertama kali dimasuki penis hingga aku merasa
seluruh syaraf kenikmatanku tegang. Rasa nikmat yang aku rasakan
saat spermaku keluar dan memasuki lubang vaginanya membuat seluruh
tubuhku menegang, aku lumat habis bibirnya yang memerah hingga Im-im
dan kedua tanganku meremas teteknya yang mengeras. Akhirnya aku bisa
merasakan tubuh Im-im yang lama ada dianganku.
Kami berdua tergolek lemah seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk
tubuh Imah dengan erat agar dia tidak galau dan setelah tenagaku
pulih aku berusaha memakaikan baju padanya karena Im-im tidak mampu
berdiri lagi. Saat aku hendak mengenakan CD aku lihat sedikit bercak
merah dipahanya dan aku bersihkan dengan CD ku agar Im-im tidak tahu
kalau perawannya sudah aku renggut tanpa dia sadari.
Kami berdua melakukan hal itu berulangkali dan Imah semakin
pintar memuaskanku dan selama ini dia tidak hamil yang membuatnya
sangat PD. Tanpa disadari 2 tahun aku menikmati tubuhnya gratis
meskipun kini Imah tidak menjadi babysiters keponakanku sebab
kakakku telah pindah rumah mengikuti suaminya yang dipindah tugaskan
ke daerah lain. Sekarang Im-im menjadi penjaga rumahku dan sekaligus
pemuas nafsuku saat pacar-pacarku tidak mau aku ajak bercinta.
Saat lebaran seperti biasa Imah pulang kampung selama 2 minggu
dan yang membuatku kaget dia membawa seorang cewek sebaya dengan
Imah dan bernama Dina yang merupakan sepupunya. Memang lebih cantik
dan lebih seksi dari Imah yang membuatku berpikir kotor saat melihat
tubuh yang dimiliki Dina yang lugu seperti Imah 2 tahun lalu. Pada
malam harinya, setelah kami melepas rasa kangen dengan bercinta
hampir 2 jam, Imah tiba-tiba menjadi serius saat dia mengutarakan
maksudnya.
"Mas, aku sudah 2 tahun melayani Mas untuk membereskan urusah
rumah dan juga memberikan kepuasan diranjang seperti yang aku
berikan saat ini," Imah terdiam sejenak.
"Aku ingin tahu, apakah ada keinginan Mas untuk menikahiku meskipun sampai saat ini aku tidak hamil. Apa Mas mau menikahiku?"
"Aku ingin tahu, apakah ada keinginan Mas untuk menikahiku meskipun sampai saat ini aku tidak hamil. Apa Mas mau menikahiku?"
Aku terhenyak dan diam saat disodori pertanyaan yang tidak pernah
terlintas sedikitpun selama 2 tahun ini. Lama aku terdiam dan tidak
tahu mau berkata apa dan akhirnya Imah meneruskan perkataannya.
"Imah tahu kalau Mas nggak ada keinginan untuk menikahiku dan aku
nggak menuntut untuk menjadi suamiku, 2 tahun ini aku merasa sangat
bahagia dan sebelum itu aku telah mencintai Mas dan menjadi semakin
besar saat aku tahu Mas sangat perhatian denganku."
Imah terdiam lagi dan aku memeluknya erat penuh rasa sayang dan
Imah pun membalas pelukanku.
"Tapi.., aku ingin lebih dari ini. Aku ingin bisa menikmati cinta
dan kasih sayang seorang suami dan itu yang membuatku menerima
pinangan seorang pria yang rumahnya tidak jauh dari desaku." Aku
terhenyak dan menjadi lebih bingung lagi dan belum bisa menerima
kabar yang benar-benar mengagetkanku.
Kami berdua hanya bisa diam dan tanpa terasa meleleh air mataku
dan aku baru merasa bahwa aku ternyata benar-benar menginginkannya,
namun ternyata sudah terlambat. Keesokan harinya aku mengantar Imah
ke terminal untuk kembali pulang ke desanya dan menikah dengan
seorang duda tanpa anak, menurutnya calon suaminya akan menerimanya
meskipun dia sudah tidak perawan. Dengan langkah gontai aku kembali
ke mobilku dan melalui hari-hariku tanpa Imah.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar