Namaku Ani, mahasiswi tingkat tiga di sebuah
perguruan tinggi negeri di Bandung. Aku dan saudaraku empat
bersaudara, aku anak nomor tiga. Kakakku yang paling besar, Mbak Ine
sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di Jakarta. Kakakku nomor
dua, Mas Doni bekerja di Batam, dan adikku Toni yang paling bungsu
masih kelas satu SMU negeri di Bandung.
Pertama kali aku melakukan hubungan seks dengan kakakku nomor dua
saat aku masih kelas dua SMU. Saat itu kakakku sedang cuti dan
pulang ke Bandung, aku sangat senang sekali. Kami bertiga pergi ke
Cipanas dan kami menyewa sebuah pondokan di sana. Malam harinya saat
aku sedang tertidur lelap di kamarku, aku merasa ada sesuatu di
kemaluanku. Mula-mula rasanya enak sekali seperti ada yang membelai
dan menghisapnya, tetapi tiba-tiba rasanya sangat sakit seperti ada
yang menekan dan berusaha masuk, dan kurasakan juga seperti ada yang
sedang menindihku.
Saat aku membuka mataku, aku melihat kakakku sedang menindihku
dan berusaha memasukkan batang kemaluannya, aku mencoba berontak
tapi tenagaku kalah kuat.
"Mas Doni jangan, aduh sakit Mas.., sakit..!"
"Ah diem aja dan jangan coba teriak..!" kata kakakku.
Malam itu kegadisanku diambil oleh kakakku sendiri. Tidak ada rasa nikmat seperti yang kubaca di buku, melainkan rasanya sakit sekali. Aku hanya bisa pasrah dan menahan sakit di bagian liang kewanitaanku saat kakakku bergerak di atas tubuhku. Gerakannya kasar seperti ingin mencabik-cabik tubuhku. Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Saat kulihat tubuh kakakku mengejang dan kurasakan ada sesuatu yang hangat menyemprot ke dalam liang senggamaku, semakin hancurlah perasaan hatiku.
"Mas Doni jangan, aduh sakit Mas.., sakit..!"
"Ah diem aja dan jangan coba teriak..!" kata kakakku.
Malam itu kegadisanku diambil oleh kakakku sendiri. Tidak ada rasa nikmat seperti yang kubaca di buku, melainkan rasanya sakit sekali. Aku hanya bisa pasrah dan menahan sakit di bagian liang kewanitaanku saat kakakku bergerak di atas tubuhku. Gerakannya kasar seperti ingin mencabik-cabik tubuhku. Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Saat kulihat tubuh kakakku mengejang dan kurasakan ada sesuatu yang hangat menyemprot ke dalam liang senggamaku, semakin hancurlah perasaan hatiku.
Pagi harinya aku hanya terdiam di kamar, karena tubuhku rasanya
lemas dan sakit. Saat kakakku mengajakku pergi, aku hanya
memalingkan wajahku dan menangis. Sore harinya kakakku masuk ke
kamarku, dia minta maaf atas kejadian semalam dan berusaha untuk
memperbaikinya, tapi aku hanya diam saja. Malam harinya kakakku
datang lagi ke kamarku. Aku sangat ketakutan, tapi dia hanya
tersenyum dan mencoba mencium bibirku, aku kembali berontak. Aku
memaki-maki kakakku, tapi dia tidak peduli dan kembali mencium
bibirku sambil meremas payudaraku, lama-lama aku menjadi terangsang
karenanya. Dan malam itu kembali aku dan kakakku melakukannya, tapi
lain dari malam yang kemarin, malam ini aku merasakan kenikmatan
yang luar biasa dan kami melakukannya dua sampai kali.
Sebelum kakakku kembali bekerja di Batam, saat mengantar kakakku
di Bandara, aku meminta hadiah perpisahan darinya.
Di kamar mandi Bandara kami melakukannya lagi, "Ah Mas Doni.., terus Mas.. akh.."
"Akh Ani, kamu cantik sekali, akh.. Ani, Mas Doni mau keluar, akh..!"
"Ani juga Mas.., akh.. Mas, Ani keluar Mas.., akhh..!"
Mas Doni memelukku erat-erat, begitu juga diriku. Setelah beberapa saat kami berciuman dan kembali lagi ke ruang tunggu dengan alasan habis dari kantin beli makanan. Aku hanya bisa menangis saat Mas Doni pergi, tapi aku juga sangat bahagia dengan hadiah yang diberikannya.
Di kamar mandi Bandara kami melakukannya lagi, "Ah Mas Doni.., terus Mas.. akh.."
"Akh Ani, kamu cantik sekali, akh.. Ani, Mas Doni mau keluar, akh..!"
"Ani juga Mas.., akh.. Mas, Ani keluar Mas.., akhh..!"
Mas Doni memelukku erat-erat, begitu juga diriku. Setelah beberapa saat kami berciuman dan kembali lagi ke ruang tunggu dengan alasan habis dari kantin beli makanan. Aku hanya bisa menangis saat Mas Doni pergi, tapi aku juga sangat bahagia dengan hadiah yang diberikannya.
Sejak saat itu aku seperti ketagihan dengan seks, dan untuk
melampiaskannya aku hanya dapat melakukan masturbasi di kamar mandi.
Aku sudah punya pacar dan kami melakukannya sampai sekarang, tapi
aku jarang merasakan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari
kakakku. Dan saat adikku mulai beranjak dewasa, aku melihat sosok
kakakku, tapi adikku lebih tampan dan gagah bila dibandingkan dengan
kakakku. Aku sering merasa terangsang, tapi hanya bisa kutahan dan
lagi-lagi hanya bisa kulampiaskan dengan jalan masturbasi. Entah
berapa lama aku bisa menahan keinginan untuk melakukannya dengan
adikku.
Sampai suatu hari, saat orang tuaku sedang tidak ada di rumah,
adikku baru pulang sekolah dan aku menyiapkan makan siang untuknya.
Karena hari itu terasa panas, aku hanya menggunakan celana pendek
dan t-shirt tanpa memakai BH. Saat adikku kusuruh makan, Toni
menolak karena sudah makan di luar bersama teman-temannya, dan
akhirnya aku makan sendiri, sedangkan adikku asyik berenang. Selesai
makan aku buatkan jus jeruk dan kuantarkan ke kolam renang. Sambil
meminum jus jeruk, aku melihat adikku berenang. Saat Toni keluar
dari kolam renang dan duduk di sebelahku sambil meminum jus jeruk
dan berjemur, jantungku berdetak semakin cepat dan aku sangat tidak
tahan untuk memeluknya.
Tidak kusangka adikku yang dulunya polos, sekarang sudah berubah
menjadi seorang cowok yang gagah dan tampan terlebih lagi hobinya
adalah berenang. Dadanya terlihat bidang dengan bentuk yang
menggairahkan, tubuhnya atletis dan bisa kutebak kalau batangnya
juga lumayan besar. Aku hanya dapat memandangnya, wajahnya ditutupi
oleh handuk kecil yang digunakannya untuk mengeringkan tubuhnya. Aku
sudah tidak tahan lagi dan aku tidak peduli apa yang akan terjadi.
Aku membelai dada adikku dan Toni hanya menggelinjang kegelian.
"Mbak Ani.., apaan sih..? Geli tau..! Kurang kerjaan, mendingan
bikinin aku roti bakar.."
Aku sedikit terkejut dan kucubit perutnya, Toni hanya tertawa.
"Emang aku pembantumu, enak aja." kataku agak jengkel.
Aku sudah benar-benar tidak tahan, tanpa pikir panjang lagi kutindih tubuh adikku dan kulempar handuk dari wajahnya.
"Mbak Ani mau ngapain sih..?" tanyanya.
Tanpa sepatah kata pun langsung kucium mulutnya dan kuremas-remas dadanya yang bidang itu. Adikku sangat terkejut dengan apa yang kulakukan dan mendorong tubuhku. Aku tidak peduli, kucium lagi bibirnya dan kali ini adikku tidak bereaksi apa-apa dan mencoba untuk menikmatinya. Aku tahu kalau Toni mulai terangsang, karena kurasakan diantara kedua pahanya ada sesuatu yang bertambah besar.
Aku sedikit terkejut dan kucubit perutnya, Toni hanya tertawa.
"Emang aku pembantumu, enak aja." kataku agak jengkel.
Aku sudah benar-benar tidak tahan, tanpa pikir panjang lagi kutindih tubuh adikku dan kulempar handuk dari wajahnya.
"Mbak Ani mau ngapain sih..?" tanyanya.
Tanpa sepatah kata pun langsung kucium mulutnya dan kuremas-remas dadanya yang bidang itu. Adikku sangat terkejut dengan apa yang kulakukan dan mendorong tubuhku. Aku tidak peduli, kucium lagi bibirnya dan kali ini adikku tidak bereaksi apa-apa dan mencoba untuk menikmatinya. Aku tahu kalau Toni mulai terangsang, karena kurasakan diantara kedua pahanya ada sesuatu yang bertambah besar.
Kuciumi terus bibir dan lehernya, adikku sedikit kewalahan tapi
Toni selalu mencoba membalas ciumanku walau terasa agak kaku.
"Baru pertama dicium cewek ya..?" tanyaku.
"Ah Mbak banyak omong, terusin aja Mbak..!" katanya tidak sabar lagi.
Mendengar ucapannya aku jadi semakin bersemangat, langsung kubuka kaosku, dan adikku hanya bisa melotot melihat payudaraku yang cukup besar.
"Wah susu Mbak bagus sekali, baru kali ini Toni melihat susu cewek." katanya.
Kusuruh Toni memegang dan meremasnya, "Aduh jangan keras-keras, sakit.. Coba sekarang kamu isep susu Mbak.."
Lalu kusodorkan payudaraku ke mulutnya, Toni mengulum dan menghisap puting payudaraku, "Akh enak sekali Ton, sshs.. akhh terus Ton.., enak sekali.."
"Baru pertama dicium cewek ya..?" tanyaku.
"Ah Mbak banyak omong, terusin aja Mbak..!" katanya tidak sabar lagi.
Mendengar ucapannya aku jadi semakin bersemangat, langsung kubuka kaosku, dan adikku hanya bisa melotot melihat payudaraku yang cukup besar.
"Wah susu Mbak bagus sekali, baru kali ini Toni melihat susu cewek." katanya.
Kusuruh Toni memegang dan meremasnya, "Aduh jangan keras-keras, sakit.. Coba sekarang kamu isep susu Mbak.."
Lalu kusodorkan payudaraku ke mulutnya, Toni mengulum dan menghisap puting payudaraku, "Akh enak sekali Ton, sshs.. akhh terus Ton.., enak sekali.."
Kusuruh Toni berhenti, lalu kuciumi lagi bibir dan lehernya,
kemudian kuturun ke dadanya dan kuciumi serta kugigit pelan
putingnya, Toni hanya bisa mendesah lirih, "Akh.. enak Mbak, akhh.."
Dengan tergesa aku turun kebawah, kulihat batang kejantanannya yang gagah sudah sedikit tercetak dan memperlihatkan kepalanya di celana renang adikku. Dengan penuh nafsu langsung kutarik celana renang adikku sampai ke lututnya.
"Wah.., Ton punya kamu Oke juga nih, lebih bagus dari punya Mas Doni.."
Adikku hanya tersenyum dan sepertinya tidak sabar dengan apa yang akan kulakukan. Aku pun lalu membuka celanaku dan sekarang aku telanjang. Toni bangun dari kursi dan duduk, lalu Toni meraba bibir kemaluanku, kemudian kusuruh Toni menjilati bibir kemaluanku. Toni kelihatannya kaget tapi langsung kutarik kepalanya ke arah kemaluanku, dan Toni mulai menjilati permukaan lubang senggamaku.
"Akh.., Ton enak sekali terus akh.. yaa disitu Ton, enak.., akhh.. terus Ton terus akkhh.." desahku.
Aku menggelinjang keenakan dibuatnya, rasanya enak sekali dan aku sangat suka jika ada yang menjilati kemaluanku. Aku sudah tidak tahan, kudorong tubuh adikku ke kursi lagi, kemudian kupegang batang kejantanannya dan kuarahkan ke liang senggamaku. Toni kelihatannya sedikit tegang saat kepala kejantanannya menyentuh permukaan bibir kemaluanku. Toni menahan nafas dan mengerang saat aku menekan tubuhku ke bawah, dan batang kejantanannya masuk seluruhnya ke liang kewanitaanku.
"Akh.. Mbak.. enak sekali.. hangat.. yeah.. ayo Mbak terusin..!"
Dengan tergesa aku turun kebawah, kulihat batang kejantanannya yang gagah sudah sedikit tercetak dan memperlihatkan kepalanya di celana renang adikku. Dengan penuh nafsu langsung kutarik celana renang adikku sampai ke lututnya.
"Wah.., Ton punya kamu Oke juga nih, lebih bagus dari punya Mas Doni.."
Adikku hanya tersenyum dan sepertinya tidak sabar dengan apa yang akan kulakukan. Aku pun lalu membuka celanaku dan sekarang aku telanjang. Toni bangun dari kursi dan duduk, lalu Toni meraba bibir kemaluanku, kemudian kusuruh Toni menjilati bibir kemaluanku. Toni kelihatannya kaget tapi langsung kutarik kepalanya ke arah kemaluanku, dan Toni mulai menjilati permukaan lubang senggamaku.
"Akh.., Ton enak sekali terus akh.. yaa disitu Ton, enak.., akhh.. terus Ton terus akkhh.." desahku.
Aku menggelinjang keenakan dibuatnya, rasanya enak sekali dan aku sangat suka jika ada yang menjilati kemaluanku. Aku sudah tidak tahan, kudorong tubuh adikku ke kursi lagi, kemudian kupegang batang kejantanannya dan kuarahkan ke liang senggamaku. Toni kelihatannya sedikit tegang saat kepala kejantanannya menyentuh permukaan bibir kemaluanku. Toni menahan nafas dan mengerang saat aku menekan tubuhku ke bawah, dan batang kejantanannya masuk seluruhnya ke liang kewanitaanku.
"Akh.. Mbak.. enak sekali.. hangat.. yeah.. ayo Mbak terusin..!"
Aku lalu bergerak, menggoyangkan pantatku ke atas dan ke bawah,
dan kadang kuputar-putar, tangan adikku kusuruh meremas-remas
payudaraku dan Toni sangat bernafsu sekali. Aku bergerak semakin
lama semaki cepat, tanganku memegang paha adikku untuk tumpuan.
Beberapa saat kemudian, nafas adikku mulau memburu dan gerakannya
mulai tidak karuan, kadang memegang pantatku, kadang meremas
payudaraku, dan aku tahu kalau Toni sudah hampir sampai dan berusaha
menahannya.
"Akh.. Mbak.., aduh.. Toni mau keluar Mbak..!"
"Tahan Ton.., Mbak sebentar lagi akhh..!"
Semakin kupercepat gerakanku, aku mulai liar. Kuremas dadanya dan saat kurasa kenikmatan itu, aku menekan tubuh adikku, dan tubuhku menjadi tegang sambil kuremas paha adikku.
"Toni nggak tahan lagi Mbak.. akh.. Mbak, Toni keluar Mbak akhh..!"
Pantatnya terangkat ke atas seperti ingin menusuk kewanitaanku dan kurasakan semprotannya yang cukup keras beberapa kali di dalam rahimku. Begitu juga denganku, otot kemaluanku menekan batangnya dan kurasakan liangku semakin basah, baik oleh cairanku ditambah mani adikku yang menyemprot sangat banyak di lubang senggamaku.
"Tahan Ton.., Mbak sebentar lagi akhh..!"
Semakin kupercepat gerakanku, aku mulai liar. Kuremas dadanya dan saat kurasa kenikmatan itu, aku menekan tubuh adikku, dan tubuhku menjadi tegang sambil kuremas paha adikku.
"Toni nggak tahan lagi Mbak.. akh.. Mbak, Toni keluar Mbak akhh..!"
Pantatnya terangkat ke atas seperti ingin menusuk kewanitaanku dan kurasakan semprotannya yang cukup keras beberapa kali di dalam rahimku. Begitu juga denganku, otot kemaluanku menekan batangnya dan kurasakan liangku semakin basah, baik oleh cairanku ditambah mani adikku yang menyemprot sangat banyak di lubang senggamaku.
Tubuh kami basah oleh keringat, dan kemudian kupeluk tubuh adikku
menikmati sisa-sisa kenikmatan tadi. Nafas adikku mulai teratur dan
kurasakan batang kemaluannya mulai mengecil di liang kewanitaanku,
namun pantatku masih tetap bergoyang di atas tubuhnya.
"Mbak, enak sekali.., makasih ya Mbak, baru pertama kali ini Toni merasakan nikmatnya tubuh perempuan dan nikmatnya melakukan hubungan badan."
"Mbak yang harusnya makasih sama kamu, ternyata adik Mbak cukup hebat walau baru pertama kali, tapi Mbak sangat puas sekali dan Mbak pengen sekali lagi, bolehkan Ton..?"
"Wah.., Toni juga mau Mbak..!"
"Mbak, enak sekali.., makasih ya Mbak, baru pertama kali ini Toni merasakan nikmatnya tubuh perempuan dan nikmatnya melakukan hubungan badan."
"Mbak yang harusnya makasih sama kamu, ternyata adik Mbak cukup hebat walau baru pertama kali, tapi Mbak sangat puas sekali dan Mbak pengen sekali lagi, bolehkan Ton..?"
"Wah.., Toni juga mau Mbak..!"
Kucabut batang kejantanannya dari lubang kewanitaanku dan kembali
kurasakan orgasme saat mencabutnya. Batang kemaluan adikku sudah
mengecil sekarang, tapi tetap telihat gagah. Toni lalu duduk di
pinggir kursi dan aku kemudian menjilati batang kejantanannya, Toni
kembali mendesah, "Ssshh.., enak Mbak..!"
Tangannya membelai rambutku dan kadang meremas payudaraku. Aku kembali terangsang dan batang kemaluan Toni dengan cepatnya kembali tegak dan kokoh. Aku lalu lari dan menceburkan diriku di kolam renang, Toni menyusul setelah membuka celana renang yang masih tertinggal di lututnya. Di kolam kembali kami berciuman, tapi sekarang Toni kubiarkan lebih agresif. Sambil duduk di tangga kolam, diciuminya bibir dan leherku, kemudian dihisapnya puting payudaraku.
Tangannya membelai rambutku dan kadang meremas payudaraku. Aku kembali terangsang dan batang kemaluan Toni dengan cepatnya kembali tegak dan kokoh. Aku lalu lari dan menceburkan diriku di kolam renang, Toni menyusul setelah membuka celana renang yang masih tertinggal di lututnya. Di kolam kembali kami berciuman, tapi sekarang Toni kubiarkan lebih agresif. Sambil duduk di tangga kolam, diciuminya bibir dan leherku, kemudian dihisapnya puting payudaraku.
Kemudian kurasakan Toni berusaha memasukkan batang
keperkasaannya, tapi selalu meleset. Aku hanya tertawa kecil, lalu
kubantu dia. Kupegang batangnya dan kuarahkan ke kemaluanku. Toni
hanya tertawa kecil dan kemudian dia menekan rudalnya ke sarangku.
Toni lalu menggerakkan pantatnya dan memompa senjatannya keluar
masuk liang surgaku, nafasnya juga mulai memburu. Aku menikmati
tekanan yang diberikan Toni dan rasanya nikmat sekali.
"Akh.., enak sekali Ton, yang keras Ton..! Akh..!"
"Akhh Mbak.., kita pindah di kursi ya..? Di sini nggak enak."
Toni lalu mengangkat tubuhku, kulingkarkan kakiku di pinggangnya sehingga aku masih bisa bergerak walaupun Toni berdiri dan berjalan ke arah kursi tempat kami tadi.
"Akh.., enak sekali Ton, yang keras Ton..! Akh..!"
"Akhh Mbak.., kita pindah di kursi ya..? Di sini nggak enak."
Toni lalu mengangkat tubuhku, kulingkarkan kakiku di pinggangnya sehingga aku masih bisa bergerak walaupun Toni berdiri dan berjalan ke arah kursi tempat kami tadi.
Di baringkannya tubuhku, lalu Toni mulai memompa batang
kejantanannya lagi, semakin lama semaki cepat. Aku mengimbangi
gerakakn Toni dengan mengerakkan pantatku ke kiri dan ke kanan,
kadang kuremas-remas pantat adikku yang kenyal. Nafas Toni mulai
tidak teratur.
"Lebih cepat Ton.. akh..!"
"Mbak.., Toni mau keluar Mbak, akh..!"
Gerakan Toni semakin cepat, dan saat kulihat tubuh Toni mulai mengejang, kulingkarkan kakiku di pinggangnya. Toni menekan dan memasukan batang kemaluannya lebih dalam lagi.
"Akh.., Mbak, Toni keluar Mbak, akhh.., Mbak.. ngeakhh.."
"Lebih cepat Ton.. akh..!"
"Mbak.., Toni mau keluar Mbak, akh..!"
Gerakan Toni semakin cepat, dan saat kulihat tubuh Toni mulai mengejang, kulingkarkan kakiku di pinggangnya. Toni menekan dan memasukan batang kemaluannya lebih dalam lagi.
"Akh.., Mbak, Toni keluar Mbak, akhh.., Mbak.. ngeakhh.."
Tubuhnya lalu rubuh di atas tubuhku. Tanpa mengeluarkan
burungnya, kusuruh Toni berbalik dan aku mulai menggerakkan pantatku
di atas tubuhnya. Batang kemaluan Toni memang mengecil, tapi
lama-lama mulai mengembang lagi. Aku bergerak tidak karuan di atas
tubuhnya, sampai beberapa saat kemudian aku orgasme, kupeluk
erat-erat tubuh Toni. Setelah agak tenang, karena aku tahu kalau
Toni belum keluar, kemudian aku turun dan mengulum batang
keperkasaannya. Toni menggerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dan
kadang menusuk ke dalam mulutku. Selang beberapa waktu kemudian,
batang kemaluannya seperti mengembang di dalam mulutku.
"Akh.., Toni keluar Mbak.. akhh..!"
Maninya menyembur di dalam mulutku dan kutelan semuanya, kemudian kami berpelukan dan berciuman. Tanpa sadar kami tertidur di kursi, kepalaku kurebahkan di dadanya dan tubuhku di atas tubuhnya.
"Akh.., Toni keluar Mbak.. akhh..!"
Maninya menyembur di dalam mulutku dan kutelan semuanya, kemudian kami berpelukan dan berciuman. Tanpa sadar kami tertidur di kursi, kepalaku kurebahkan di dadanya dan tubuhku di atas tubuhnya.
Sore hari kami dikejutkan oleh suara klakson mobil dan kami
buru-buru bangun. Aku memakai bajuku yang berserakan di pingir kolam
dan Toni buru-buru mengambil celana renangnya dan berlari ke
kamarnya. Saat makan malam, kakiku mengeranyangi kakinya dan jari
kakiku menekan batangnya yang mulai mengembang. Kedua orang tuaku
sedikit keheranan dengan kelakuan kami, tapi mereka tidak pernah
tahu dengan apa yang telah terjadi di antara kami. Malamnya seusai
makan malam aku langsung masuk kamar, begitu juga Toni. Tengah malam
aku terbangun karena Toni menciumi bibirku dan malam itu kami
melakukannya lagi.
Sejak saat itu, secara sembunyi-sembunyi kami melakukannya,
bahkan setelah aku menikah dengan pacarku, kami pun masih sering
melakukannya, terutama saat suamiku sedang dinas keluar kota.
Rahasia ini sampai sekarang masih kami pegang dan bahkan cinta gelap
kami ini membuahkan putra pertamaku yang sekarang sudah berusia 9
tahun.
Saat pernikahan Toni aku memberikan sebuah hadiah. Setelah malam
pengantinnya, kami melakukannya di gudang belakang rumah saat semua
orang sudah terlelap. Toni bilang walaupun istrinya sekarang masih
gadis, tapi tidak ada yang menyaingi aku. Makanya suamiku sangat
betah di rumah karena servisku yang sangat memuaskan, tanpa tahu
kalau aku selingkuh dengan adik kandungku sendiri.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar