Hari itu, sekitar jam 12 siang, aku baru saja tiba
di vilaku di puncak. Pak Joko, penjaga vilaku membukakan pintu
garasi agar aku bisa memarkirkan mobilku. Pheew.. akhirnya aku bisa
melepaskan kepenatan setelah seminggu lebih menempuh UAS. Aku ingin
mengambil saat tenang sejenak, tanpa ditemani siapapun, aku ingin
menikmatinya sendirian di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota.
Agar aku lebih menikmati privacy-ku maka kusuruh Pak Joko pulang ke
rumahnya yang memang di desa sekitar sini. Pak Joko sudah bekerja di
tempat ini sejak papaku membeli vila ini sekitar 7 tahun yang lalu,
dengan keberadaannya, vila kami terawat baik dan belum pernah
kemalingan. Usianya hampir seperti ayahku, 50-an lebih, tubuhnya
tinggi kurus dengan kulit hitam terbakar matahari. Aku daridulu
sebenarnya berniat mengerjainya, tapi mengingat dia cukup loyal pada
ayahku dan terlalu jujur, maka kuurungkan niatku.
"Punten Neng, kalau misalnya ada perlu, Bapak pasti ada di rumah
kok, tinggal dateng aja" pamitnya.
Setelah Pak Joko meninggalkanku, aku membereskan semua bawaanku. Kulempar tubuhku ke atas kasur sambil menarik nafas panjang, lega sekali rasanya lepas dari buku-buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat cerah, matahari bersinar dengan diiringi embusan angin sepoi-sepoi sehingga membuat suasana rileks ini lebih terasa. Aku jadi ingin berenang rasanya, apalagi setelah kulihat kolam renang di belakang airnya bersih sekali, Pak Joko memang telaten merawat vila ini. Segera kuambil perlengkapan renangku dan menuju ke kolam.
Setelah Pak Joko meninggalkanku, aku membereskan semua bawaanku. Kulempar tubuhku ke atas kasur sambil menarik nafas panjang, lega sekali rasanya lepas dari buku-buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat cerah, matahari bersinar dengan diiringi embusan angin sepoi-sepoi sehingga membuat suasana rileks ini lebih terasa. Aku jadi ingin berenang rasanya, apalagi setelah kulihat kolam renang di belakang airnya bersih sekali, Pak Joko memang telaten merawat vila ini. Segera kuambil perlengkapan renangku dan menuju ke kolam.
Sesampainya disana kurasakan suasanya enak sekali, begitu tenang,
yang terdengar hanya kicauan burung dan desiran air ditiup angin.
Tiba-tiba muncul kegilaanku, mumpung sepi-sepi begini, bagimana
kalau aku berenang tanpa busana saja, toh tidak ada siapa-siapa lagi
disini selain aku lagipula aku senang orang mengagumi keindahan
tubuhku. Maka tanpa pikir panjang lagi, aku pun melepas satu-persatu
semua yang menempel di tubuhku termasuk arloji dan segala perhiasan
sampai benar-benar bugil seperti waktu baru dilahirkan. Setelah
melepas anting yang terakhir menempel di tubuhku, aku langsung
terjun ke kolam. Aahh.. enak sekali rasanya berenang bugil seperti
ini, tubuh serasa lebih ringan. Beberapa kali aku bolak-balik dengan
beberapa gaya kecuali gaya kupu-kupu (karena aku tidak bisa, hehe..)
20 menit lamanya aku berada di kolam, akupun merasa haus dan
ingin istirahat sebentar dengan berjemur di pinggir kolam. Aku lalu
naik dan mengeringkan tubuhku dengan handuk, setelah kuambil
sekaleng coca-cola dari kulkas, aku kembali lagi ke kolam.
Kurebahkan tubuhku pada kursi santai disana dan kupakai kacamata
hitamku sambil menikmati minumku. Agar kulitku yang putih mulus ini
tidak terbakar matahari, kuambil suntan oilku dan kuoleskan di
sekujur tubuhku hingga nampak berkilauan. Saking enaknya cuaca di
sini membuatku mengantuk, hingga tak terasa aku pun pelan-pelan
tertidur. Di tepi kolam itu aku berbaring tanpa sesuatu apapun yang
melekat di tubuhku, kecuali sebuah kacamata hitam. Kalau saja saat
itu ada maling masuk dan melihat keadaanku seperti itu, tentu aku
sudah diperkosanya habis-habisan.
Ditengah tidurku aku merasakan ada sesuatu yang meraba-raba
tubuhku, tangan itu mengelus pahaku lalu merambat ke dadaku. Ketika
tangan itu menyentuh bibir kemaluanku tiba-tiba mataku terbuka dan
aku langsung terkejut karena yang kurasakan barusan ternyata bukan
sekedar mimpi. Aku melihat seseorang sedang menggerayangi tubuhku
dan begitu aku bangun orang itu dengan sigapnya mencengkram bahuku
dan membekap mulutku dengan tangannya, mencegah agar aku tidak
menjerit. Aku mulai dapat mengenali orang itu, dia adalah Taryo, si
penjaga vila tetangga, usianya sekitar 30-an, wajahnya jelek sekali
dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung dan matanya yang lebar
itu tepat di depan wajahku.
"Sstt.. mendingan Neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi, jadi jangan macam-macam!" ancamnya
Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, lalu dia pelan-pelan melepaskan bekapannya pada mulutku
"Hehehe.. udah lama saya pengen ngerasain ngentot sama Neng!" katanya sambil matanya menatapi dadaku
"Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, gak usah kaya maling gitu!" kataku sewot.
"Sstt.. mendingan Neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi, jadi jangan macam-macam!" ancamnya
Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, lalu dia pelan-pelan melepaskan bekapannya pada mulutku
"Hehehe.. udah lama saya pengen ngerasain ngentot sama Neng!" katanya sambil matanya menatapi dadaku
"Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, gak usah kaya maling gitu!" kataku sewot.
Ternyata tanpa kusadari sejak berenang dia sudah memperhatikanku
dari loteng vila majikannya dan itu sering dia lakukan daridulu
kalau ada wanita berenang di sini. Mengetahui Pak Joko sedang tidak
di sini dan aku tertidur, dia nekad memanjat tembok untuk masuk ke
sini. Sebenarnya aku sedang tidak mood untuk ngeseks karena masih
ingin istirahat, namun elusannya pada daerah sensitifku membuatku BT
(birahi tinggi).
"Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, dari tadi pegang-pegang doang beraninya!" tantangku.
"Hehe, iya Neng abis tetek Neng ini loh, montok banget sampe lupa deh" jawabnya seraya melepas baju lusuhnya.
Badannya lumayan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar, seukuran sama punyanya si Wahyu, tukang air yang pernah main denganku (baca Tukang Air, Listrik, dan Bangunan).
"Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, dari tadi pegang-pegang doang beraninya!" tantangku.
"Hehe, iya Neng abis tetek Neng ini loh, montok banget sampe lupa deh" jawabnya seraya melepas baju lusuhnya.
Badannya lumayan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar, seukuran sama punyanya si Wahyu, tukang air yang pernah main denganku (baca Tukang Air, Listrik, dan Bangunan).
Dia duduk di pinggir kursi santai dan mulai menyedot payudaraku
yang paling dikaguminya, sementara aku meraih penisnya dengan
tanganku serta kukocok hingga kurasakan penis itu makin mengeras.
Aku mendesis nikmat waktu tangannya membelai vaginaku dan
menggosok-gosok bibirnya.
"Eenghh.. terus Tar.. oohh!" desahku sambil meremasi rambut Taryo yang sedang mengisap payudaraku.
Kepalanya lalu pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di kemaluanku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main di sana ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk. Aku sampai meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri karena tidak kuat menahan rasanya yang geli-geli enak itu hingga akhirnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek aku menjambak rambut si Taryo yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Taryo melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.
"Eenghh.. terus Tar.. oohh!" desahku sambil meremasi rambut Taryo yang sedang mengisap payudaraku.
Kepalanya lalu pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di kemaluanku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main di sana ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk. Aku sampai meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri karena tidak kuat menahan rasanya yang geli-geli enak itu hingga akhirnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek aku menjambak rambut si Taryo yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Taryo melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.
Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah
dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada
mulutnya yang belepotan cairan itu. Aku agak kewalahan dengan
lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalahnya nafasnya agak
bau, entah bau rokok atau jengkol. Setelah beberapa menit baru aku
bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami
saling membelit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia
juga menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat sampai wajahku basah
oleh liurnya.
"Gua ga tahan lagi Tar, sini gua emut yang punya lu" kataku.
Si Taryo langsung bangkit dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih dalam posisi berbaring di kursi santai, kugenggam benda itu, kukocok dan kujilati sejenak sebelum kumasukkan ke mulut.
"Gua ga tahan lagi Tar, sini gua emut yang punya lu" kataku.
Si Taryo langsung bangkit dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih dalam posisi berbaring di kursi santai, kugenggam benda itu, kukocok dan kujilati sejenak sebelum kumasukkan ke mulut.
Mulutku terisi penuh oleh penisnya, itu pun tidak menampung
seluruhnya paling cuma masuk 3/4nya saja. Aku memainkan lidahku
mengitari kepala penisnya yang mirip helm itu, terkadang juga aku
menjilati lubang kencingnya sehingga tubuh pemiliknya bergetar dan
mendesah-desah keenakan. Satu tangannya memegangi kepalaku dan
dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga aku gelagapan.
"Eemmpp.. emmphh.. nngg..!" aku mendesah tertahan karena nyaris kehabisan nafas, namun tidak dipedulikannya. Kepala penis itu berkali-kali menyentuh dinding kerongkonganku. Kemudian kurasakan ada cairan memenuhi mulutku. Aku berusaha menelan cairan itu, tapi karena banyaknya cairan itu meleleh di sekitar bibirku. Belum habis semburannya, dia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku juga basah kecipratan maninya.
"Eemmpp.. emmphh.. nngg..!" aku mendesah tertahan karena nyaris kehabisan nafas, namun tidak dipedulikannya. Kepala penis itu berkali-kali menyentuh dinding kerongkonganku. Kemudian kurasakan ada cairan memenuhi mulutku. Aku berusaha menelan cairan itu, tapi karena banyaknya cairan itu meleleh di sekitar bibirku. Belum habis semburannya, dia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku juga basah kecipratan maninya.
Kulepaskan kacamata hitam itu, lalu kuseka wajahku dengan
tanganku. Sisa-sisa sperma yang menempel di jariku kujilati sampai
habis. Saat itu mendadak pintu terbuka dan Pak Joko muncul dari
sana, dia melongo melihat kami berdua yang sedang bugil. Aku sendiri
sempat kaget dengan kehadirannya, aku takut dia membocorkan semua
ini pada ortuku.
"Eehh.. maaf Neng, Bapak cuma ma
"Eehh.. maaf Neng, Bapak cuma ma
g payudaraku, bahkan meremasnya. Aku sendiri membantu melepas
kancing bajunya dan meraba-raba dadanya.
"Neng, tetek Neng gede juga yah.. enak yah diginiin sama Bapak?" Sambil tangannya terus meremasi payudaraku.
Dalam posisi memeluk itupun aku perlahan membuka celana panjangnya, setelah itu saya turunkan juga celana kolornya. Nampaklah kemaluannya yang hitam menggantung, jari-jariku pun mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku kurasakan benda itu bergetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai menurun hingga berjongkok di hadapannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan batang di genggamanku itu ke mulut, kujilati dan kuemut-emut hingga pemiliknya mengerang keenakan
"Wah, Pak Joko sama majikan sendiri aja malu-malu!" seru si Taryo yang memperhatikan Pak Joko agak grogi menikmati oral seks-ku.
"Neng, tetek Neng gede juga yah.. enak yah diginiin sama Bapak?" Sambil tangannya terus meremasi payudaraku.
Dalam posisi memeluk itupun aku perlahan membuka celana panjangnya, setelah itu saya turunkan juga celana kolornya. Nampaklah kemaluannya yang hitam menggantung, jari-jariku pun mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku kurasakan benda itu bergetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai menurun hingga berjongkok di hadapannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan batang di genggamanku itu ke mulut, kujilati dan kuemut-emut hingga pemiliknya mengerang keenakan
"Wah, Pak Joko sama majikan sendiri aja malu-malu!" seru si Taryo yang memperhatikan Pak Joko agak grogi menikmati oral seks-ku.
Taryo lalu mendekati kami dan meraih tanganku untuk mengocok
kemaluannya. Secara bergantian mulut dan tanganku melayani kedua
penis yang sudah menegang itu. Tidak puas hanya menikmati tanganku,
sesaat kemudian Taryo pindah ke belakangku, tubuhku dibuatnya
bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku mulai merasakan ada
benda yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku. Seperti biasa, mulutku
menganga mengeluarkan desahan meresapi inci demi inci penisnya
memasuki vaginaku. Aku disetubuhinya dari belakang, sambil menyodok,
kepalanya merayap ke balik ketiak hingga mulutnya hinggap pada
payudaraku. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku
digigitnya dengan gemas, kocokanku pada penis Pak Joko makin
bersemangat.
Rupanya aku telah membuat Pak Joko ketagihan, dia jadi begitu
bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya
seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat
sampai kesempatan untuk menghirup udara segar pun aku tidak ada.
Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh
mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain makin
menghujam ke tubuhku. Perasaan ini sungguh sulit dilukiskan, ketika
penis si Taryo menyentuh bagian terdalam dari rahimku dan ketika
penis Pak Joko menyentuh kerongkonganku, belum lagi mereka terkadang
memainkan payudara atau meremasi pantatku. Aku serasa terbang
melayang-layang dibuatnya hingga akhirnya tubuhku mengejang dan
mataku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh penis Pak Joko.
Bersamaan dengan itu pula genjotan si Taryo terasa makin bertenaga.
Kami pun mencapai orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya
yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan
hasil persenggamaan.
Setelah mencapai orgasme yang cukup panjang, tubuhku berkeringat,
mereka agaknya mengerti keadaanku dan menghentikan kegiatannya.
"Neng, boleh ga Bapak masukin anu Bapak ke itunya Neng?" tanya Pak Joko lembut.
Saya cuma mengangguk, lalu dia bilang lagi, "Tapi Neng istirahat aja dulu, kayanya Neng masih cape sih".
Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di daerah dangkal untuk menyegarkan diriku. Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Taryo duduk di sebelah kiriku dan Pak Joko di kananku. Kami mengobrol sambil memulihkan tenaga, selama itu tangan jahil mereka selalu saja meremas atau mengelus dada, paha, dan bagian sensitif lainnya. Yang satu ditepis yang lain hinggap di bagian lainnya, lama-lama ya aku biarkan saja, lagipula aku menikmatinya kok.
"Neng, boleh ga Bapak masukin anu Bapak ke itunya Neng?" tanya Pak Joko lembut.
Saya cuma mengangguk, lalu dia bilang lagi, "Tapi Neng istirahat aja dulu, kayanya Neng masih cape sih".
Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di daerah dangkal untuk menyegarkan diriku. Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Taryo duduk di sebelah kiriku dan Pak Joko di kananku. Kami mengobrol sambil memulihkan tenaga, selama itu tangan jahil mereka selalu saja meremas atau mengelus dada, paha, dan bagian sensitif lainnya. Yang satu ditepis yang lain hinggap di bagian lainnya, lama-lama ya aku biarkan saja, lagipula aku menikmatinya kok.
"Neng, Bapak masukin sekarang aja yah, udah ga tahan daritadi
belum rasain itunya Neng" kata Pak Joko mengambil posisi berlutut di
depanku.
Dia kemudian membuka pahaku setelah kuanggukan kepala merestuinya, dia arahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi dia tidak langsung menusuknya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga aku berkelejotan kegelian dan meremas penis Taryo yang sedang menjilati leher di bawah telingaku.
"Aahh.. Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!" desahku tak tertahankan.
Aku meringis saat dia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku telah terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh.
Dia kemudian membuka pahaku setelah kuanggukan kepala merestuinya, dia arahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi dia tidak langsung menusuknya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga aku berkelejotan kegelian dan meremas penis Taryo yang sedang menjilati leher di bawah telingaku.
"Aahh.. Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!" desahku tak tertahankan.
Aku meringis saat dia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku telah terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh.
"Wah.. seret banget memeknya Neng, kalo tau gini udah dari dulu
Bapak entotin" ceracaunya.
"Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim" kataku dalam hati.
Setelah 15 menit dia genjot aku dalam posisi itu, dia melepas penisnya lalu duduk berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks akupun menggenggam penis itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda itu amblas ke dalamku. Dia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami mulai menggoyangkan tubuh kami. Desahan kami bercampur baur dengan bunyi kecipak air kolam, tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan mulut mereka. Pak Joko memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vagina seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, sepertinya dia tak habis pikir betapa untungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang gadis muda yang pasti sudah lama tidak dirasakannya.
"Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim" kataku dalam hati.
Setelah 15 menit dia genjot aku dalam posisi itu, dia melepas penisnya lalu duduk berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks akupun menggenggam penis itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda itu amblas ke dalamku. Dia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami mulai menggoyangkan tubuh kami. Desahan kami bercampur baur dengan bunyi kecipak air kolam, tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan mulut mereka. Pak Joko memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vagina seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, sepertinya dia tak habis pikir betapa untungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang gadis muda yang pasti sudah lama tidak dirasakannya.
Goyangan kami terhenti sejenak ketika Taryo tiba-tiba mendorong
punggungku sehingga pantatku semakin menungging dan payudaraku makin
tertekan ke wajah Pak Joko. Taryo membuka pantatku dan mengarahkan
penisnya ke sana
"Aduuh.. pelan-pelan Tar, sakit tau.. aww!" rintihku waktu dia mendorong masuk penisnya.
Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Taryo menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli dia agar lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Taryo malah makin buas menggenjotku. Pak Joko melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku agar aku tidak terlalu ribut.
"Aduuh.. pelan-pelan Tar, sakit tau.. aww!" rintihku waktu dia mendorong masuk penisnya.
Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Taryo menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli dia agar lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Taryo malah makin buas menggenjotku. Pak Joko melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku agar aku tidak terlalu ribut.
Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya sampai aku merasakan
tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit
panjang dan memeluk Pak Joko erat-erat sampai kukuku mencakar
punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai akhirnya
melemas kembali dalam dekapan Pak Joko. Namun mereka masih saja
memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang
keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba
pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit bernafas,
serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh
Pak Joko, dan Taryo menjambak rambutku. Aku lalu merasakan cairan
hangat menyembur di dalam vagina dan anusku, di air nampak sedikit
cairan putih susu itu melayang-layang. Mereka berdua pun terkulai
lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap.
Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengajak mereka
naik ke atas. Sambil mengelap tubuhku yang basah kuyup, aku berjalan
menuju kamar mandi. Eh.. ternyata mereka mengikutiku dan memaksa
ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya mereka senang.
Disana aku cuma duduk, merekalah yang menyiram, menggosok, dan
menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian kemaluan dan
payudaraku paling lama mereka sabuni sampai aku menyindir
"Lho.. kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres dong, dingin nih" disambut gelak tawa kami.
Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu mereka bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.
"Lho.. kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres dong, dingin nih" disambut gelak tawa kami.
Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu mereka bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.
Hari itu aku dikerjai terus-menerus oleh mereka sampai mereka
menginap dan tidur denganku di ranjang spring bed-ku. Sejak itu
kalau ada sex party di vila ini, mereka berdua selalu diajak dengan
syarat jangan sampai rahasia ini bocor. Aku senang karena ada alat
pemuas hasratku, mereka pun senang karena bisa merasakan tubuhku dan
teman-teman kuliahku yang masih muda dan cantik. Jadi ada variasi
dalam kehidupan seks kami, tidak selalu main sama teman-teman cowok
di kampus. Lain hari aku akan menceritakan bagaimana jahilnya aku
mengerjai teman-teman kuliahku sehingga mereka jatuh ke tangan Pak
Joko dan Taryo dan juga pengalaman-pengalamanku lainnya, harap sabar
yah, soalnya kan aku juga sibuk, tidak bisa terus-terusan menulis di
sumbercerita.com.
Tamat
0 komentar:
Posting Komentar